- Back to Home »
- Kesehatan , Umum »
- Terlalu Nyinyir Tidak Baik untuk Kesehatan
Posted by : Ashari Riski
August 12, 2011
Montreal, Menyalahkan orang lain termasuk cara mudah untuk menghindari stres, namun efeknya hanya bertahan dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, sikap nyinyir atau selalu menyalahkan orang lain justru membuat seseorang mudah kena penyakit.
Carsten Wrosch, seorang psikolog dari Concordia University di Montreal mengatakan bahwa sikap nyinyir serta judes termasuk gangguan kejiwaan yang disebut Post-traumatic Embitterment Disorder (PTED). Pemicunya antara lain masa lalu yang penuh penyesalan dan kesedihan.
PTED sendiri merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Michael Linden, kepala klinik psikiatri di Free University, Berlin. Linden memunculkan istilah tersebut dalam jurnalnya tahun 2003, untuk menggambarkan orang-orang yang jadi judes setelah putus dari pasangan atau tidak pernah diterima kerja di perusahaan yang sangat diidamkan.
Dalam jangka pendek, orang-orang dengan gangguan PTED dikatakan bisa mendapatkan manfaat positif dari kebiasaan menyalahkan orang lain. Paling tidak hingga beberapa saat kemudian, orang tersebut berhasil melindungi harga dirinya sehingga stres di masa lalu tidak kambuh atau memburuk.
Namun tanpa disadari, penyesalan bisa tumbuh dari sikap yang seperti itu karena tidak selamanya orang yang disalahkan itu benar-benar salah. Sekalipun tidak disadari, rasa penyesalan yang terus menerus akan terakumulasi dan memicu pelepasan hormon stres atau kortisol.
Berbagai penelitian sebelumnya mengatakan bahwa kortisol sangat erat kaitannya dengan daya tahan tubuh dalam menangkal penyakit. Artinya orang-orang yang stres karena menanggung penyesalan yang mendalam akan lebih mudah terkena berbagai jenis penyakit.
Untuk menghindari stres sekaligus melepaskan diri dari trauma masa lalu, seseorang tidak harus melakukannya dengan cara menyalahkan orang lain. Wrosch menyarankan, langkah perrtama adalah melepaskan tujuan atau cita-cita yang pernah meleset dan diperkirakan tidak mungkin dicapai. Misalnya pada orang yang pernah putus cinta, lalu mantan pacarnya sudah menikah.
"Melepaskan semua itu dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan, khususnya untuk hal-hal yang memang tidak mungkin diwujudkan. Kadar kortisol akan turun sehingga tidak mudah jatuh sakit" ungkap Wrosch seperti dikutip dari MSNBC, Jumat (12/8/2011).
Namun hidup tanpa cita-cita memang akan terasa hampa, ibarat beperhgian tetapi tidak punya arah dan tujuan. Karena itu Wrosch menyarankan langkah berikutnya atau langkah kedua yakni menyusun ulang rencana-rencana hidup setelah melepas rencana lama yang tidak mungkin diwujudkan.
sumber
Carsten Wrosch, seorang psikolog dari Concordia University di Montreal mengatakan bahwa sikap nyinyir serta judes termasuk gangguan kejiwaan yang disebut Post-traumatic Embitterment Disorder (PTED). Pemicunya antara lain masa lalu yang penuh penyesalan dan kesedihan.
PTED sendiri merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Michael Linden, kepala klinik psikiatri di Free University, Berlin. Linden memunculkan istilah tersebut dalam jurnalnya tahun 2003, untuk menggambarkan orang-orang yang jadi judes setelah putus dari pasangan atau tidak pernah diterima kerja di perusahaan yang sangat diidamkan.
Dalam jangka pendek, orang-orang dengan gangguan PTED dikatakan bisa mendapatkan manfaat positif dari kebiasaan menyalahkan orang lain. Paling tidak hingga beberapa saat kemudian, orang tersebut berhasil melindungi harga dirinya sehingga stres di masa lalu tidak kambuh atau memburuk.
Namun tanpa disadari, penyesalan bisa tumbuh dari sikap yang seperti itu karena tidak selamanya orang yang disalahkan itu benar-benar salah. Sekalipun tidak disadari, rasa penyesalan yang terus menerus akan terakumulasi dan memicu pelepasan hormon stres atau kortisol.
Berbagai penelitian sebelumnya mengatakan bahwa kortisol sangat erat kaitannya dengan daya tahan tubuh dalam menangkal penyakit. Artinya orang-orang yang stres karena menanggung penyesalan yang mendalam akan lebih mudah terkena berbagai jenis penyakit.
Untuk menghindari stres sekaligus melepaskan diri dari trauma masa lalu, seseorang tidak harus melakukannya dengan cara menyalahkan orang lain. Wrosch menyarankan, langkah perrtama adalah melepaskan tujuan atau cita-cita yang pernah meleset dan diperkirakan tidak mungkin dicapai. Misalnya pada orang yang pernah putus cinta, lalu mantan pacarnya sudah menikah.
"Melepaskan semua itu dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan, khususnya untuk hal-hal yang memang tidak mungkin diwujudkan. Kadar kortisol akan turun sehingga tidak mudah jatuh sakit" ungkap Wrosch seperti dikutip dari MSNBC, Jumat (12/8/2011).
Namun hidup tanpa cita-cita memang akan terasa hampa, ibarat beperhgian tetapi tidak punya arah dan tujuan. Karena itu Wrosch menyarankan langkah berikutnya atau langkah kedua yakni menyusun ulang rencana-rencana hidup setelah melepas rencana lama yang tidak mungkin diwujudkan.
sumber
Powered by Blogger.