Archive for 2011-06-26
Pacitan Krisis Bensin
Pantauan detiksurabaya.com di SPBU Ploso, puluhan kendaraan terpaksa balik kucing lantaran tidak adanya stok. Sejumlah karyawan SPBU pun tampak duduk-duduk. Sementara di samping pintu masuk terpasang papan bertuliskan 'habis'.
"Sudah sejak jam 7.30 tadi habis," ujar Handoko, seorang karyawan SPBU Ploso saat berbincang dengan detiksurabaya.com.
Dikonfirmasi, Sekretaris Daerah Kabupaten Pacitan Mulyono membenarkan hal tersebut. Kekosongan itu, kata Mulyono terjadi karena kerusakan mesin pada Depo Boyolali, Jawa Tengah. Guna mengatasinya, pihak penyalur langsung mengajukan order ke Yogyakarta dan Madiun.
"Masyarakat tidak perlu panik. Karena saat ini armada pengangkut sudah di perjalanan," tandasnya.
Pengunjung Pantai Teleng Ria Menurun karena Ubur-ubur
: Banyak pengunjung Pantai Teleng Ria di Pacitan, Jawa Timur, menjadi korban sengatan ubur-ubur beracun. Sebagian besar yakni anak-anak. Kejadian itu pun membuat jumlah pengunjung di Pantai Teleng Ria menurun.
Penjaga pantai pun mengeluarkan peringatan mengantisipasi korban bertambah. Petugas menyampaikan peringatan melalui pengeras suara dan memasang spanduk. Mereka pun menyisiri pantai dan memungut ubur-ubur yang berserakan.
Satu di antara korban yakni seorang anak. Ia tak mengerti peringatan penjaga pantai. Dengan polosnya, ia memunguti benda berwarna biru yang dikira mainan. Setelah menyentuh benda tersebut, kulit si bocah memerah. Iapun langsung dilarikan ke pos penjaga pantai untuk diobati.(RRN)
Posted by Ashari Riski
Alice Walker: Israel Negara Teroris Terbesar di Dunia
Alice Walker
WASHINTON--Seorang penyair Amerika, Alice Walker menganggap entitas Zionis sebagai negara teroris terbesar di dunia. Alice yang ikut bergabung dalam Freedom Flotilla2 merasa sedih, karena Amerika telah menggelontorkan dananya yang begitu besar bagi Israel untuk melakukan kehancuran di muka bumi ini.
Seorang penyair dan penulis pemenang Hadiah Pulitzer Tinggi Amerika ini mengungkapkan dalam sebuah wawancaranya dengan majalah “Forent Polisi” yang terbit Rabu (29/6) bahwa dulu pada tahun 2009 ia tinggal di Gaza. Ia bermukim cukup lama di antara puing-puing sekolah Amerika yang hancur akibat roket Israel.
Ia sangat sedih karena negaranya telah membiayai kehancuran bagi Palestina dengan menggunakan pajak yang ia pungut dari rakyatnya yang kemudian dijadikan senjata pemusnah massal oleh Zionis untuk meluluh lantakan Palestina.
Ketika ia ditanya tentang latar belakang keikutsertaanya dalam Freedom Flotilla2, ia mengatakan, dirinya telah berada di Gaza paska perang namun hanya sebentar. Ia menyaksikan kehancuran dimana-mana yang sebelumnya ia tidak percaya.
Saat ini ia faham apa yang terjadi dan bagaimana system perekonomian dan kesehatan begitu hancur. Ia juga menyaksikan bagaimana sejumlah departemen dan rumah sakit bisa luluh lantak.
Ia terdorong ikut dalam Freedom Flotilla2 karena nalurinya sebagai seorang ibu atau sebagai perempuan dewasa yang sudah lanjut usia. Terserah pada sikap masing-masing untuk berpartisipasi dan memahami apa yang ia ketahui sepanjang hidupnya, selain menjadi saksi sejarah dan bagian dari perjuangan atas penindasan yang selama ini terjadi, ungkapnya.
Seorang penyair dan penulis pemenang Hadiah Pulitzer Tinggi Amerika ini mengungkapkan dalam sebuah wawancaranya dengan majalah “Forent Polisi” yang terbit Rabu (29/6) bahwa dulu pada tahun 2009 ia tinggal di Gaza. Ia bermukim cukup lama di antara puing-puing sekolah Amerika yang hancur akibat roket Israel.
Ia sangat sedih karena negaranya telah membiayai kehancuran bagi Palestina dengan menggunakan pajak yang ia pungut dari rakyatnya yang kemudian dijadikan senjata pemusnah massal oleh Zionis untuk meluluh lantakan Palestina.
Ketika ia ditanya tentang latar belakang keikutsertaanya dalam Freedom Flotilla2, ia mengatakan, dirinya telah berada di Gaza paska perang namun hanya sebentar. Ia menyaksikan kehancuran dimana-mana yang sebelumnya ia tidak percaya.
Saat ini ia faham apa yang terjadi dan bagaimana system perekonomian dan kesehatan begitu hancur. Ia juga menyaksikan bagaimana sejumlah departemen dan rumah sakit bisa luluh lantak.
Ia terdorong ikut dalam Freedom Flotilla2 karena nalurinya sebagai seorang ibu atau sebagai perempuan dewasa yang sudah lanjut usia. Terserah pada sikap masing-masing untuk berpartisipasi dan memahami apa yang ia ketahui sepanjang hidupnya, selain menjadi saksi sejarah dan bagian dari perjuangan atas penindasan yang selama ini terjadi, ungkapnya.
Sumber: info palestina
Bekas Kamar Jenderal Sudirman Bertarif Rp 5 Juta
Rabu, 29 Juni 2011 | 15:25 WIB
Patung Jenderal Soedirman yang berada di kawasan wisata sejarah Monumen Nasional Panglima Besar Jenderal Soedirman di Bukit Gandrung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Rabu (21/07).
“Kami menjual nilai sejarah kamar yang pernah digunakan sebagai kantor dan kamar Pak Dirman,” kata Ayub Khan, juru bicara Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Rabu 29 Juni 2011. Menurut Ayub, kamar dengan kelas suite room itu tiap bulan tak pernah sepi penghuni.
Kamar Sudirman ini tertata rapi layaknya kamar hotel berbintang lima. Meski pernah dihuni Pak Dirman, tidak semua perangkat di kamar ini asli. Ada sebagian yang sudah diganti karena termakan usia. Ada beberapa benda peninggalan Sudirman yang masih tersimpan di kamar tersebut, seperti foto Sudirman ketika masih memimpin perang gerilya melawan penjajah Belanda.
Adapun barang peninggalan Sudirman seperti patung, baju, pusaka, hingga tempat tidur kuno yang masih ada kelambu sebagai pemberian istri mendiang Sudirman tidak ditempatkan di kamar itu. Alasannya, tamu banyak yang takut jika benda-benda kuno dipasang di kamar itu. “Kami simpan di tempat lain di hotel,” kata dia.
Kebanyakan para tamu yang menyewa kamar itu adalah kalangan pejabat negara, wisatawan lokal, maupun mancanegara yang sangat berminat terhadap wisata sejarah.
Sebelum kemerdekaan masa penjajahan Belanda, hotel ini bernama Grand Hotel. Kemudian pada masa penjajahan Jepang, hotel ini berganti nama Hotel Asahi. Kemudian pada zaman kemerdekaan, hotel ini berganti nama menjadi Hotel Merdeka dan akhirnya menjadi Hotel Inna Garuda.
Walikota Yogyakarta Herry Zudianto mengusulkan kepada pengelola hotel untuk mengembalikan ruang perkantoran dan tempat tinggal Jenderal Sudirman itu seperti zaman dahulu. Pasalnya, kamar itu juga merupakan ikon sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda.
“Akan lebih bagus dan menarik jika kamar itu dikembalikan seperti tempo dahulu. Penataan ruangannya dibuat sama seperti saat Jenderal Sudirman berkantor di sini,” kata Herry.
MUH SYAIFULLAH
Lalu Lintas Pemain (News)
Powered by Blogger.